Beberapa saat lalu saya bertemu
dengan seorang teman sekerjaan dulu. Mengenang lagi memori-memori lama semasa
masih bekerja. Dan betapa kagetnya saya saat dia berkata menceritakan tentang
Pilpres lalu.
“Seluruh anak printing pilih
Jokowi. Kami anak Elektronik cuma si Anu saja. Saat Jokowi terpilih, tiap
istirahat siang habis kami diceramahinya. Coba aja waktu itu abang masih ada”,
katanya.
Saya kaget bukan karena
teman-teman satu section saya ternyata dukung dan pilih Jokowi. Itu hak
pribadi masing-masing. Saya kaget karena tiba-tiba mencium bahwa ada
konspirasi besar untuk menyingkirkan saya dari perusahaan itu. Dan ini ada
kaitannya dengan Jokowi dan Pilpres.
Sebagaimana diduga bahwa Jokowi
Presiden adalah proyek konspirasi asing, aseng dan anti Islam untuk menguasai
Indonesia. Jokowi telah dipersiapkan sejak lama, saat masih di Solo dulu.
Jokowi mereka gembor-gemborkan sebagai New Hope dengan bantuan media-media yang
rata-rata milik mereka. Semua media dibayar demi promosi dan muluskan Jokowi
jadi Presiden. Sebaliknya suara-suara fals tentang Jokowi mereka diamkan,
bungkam dan bully habis-habisan oleh tim khusus yang bertugas di media social.
Lihat apa yang dialami Amien Rais, misalnya.
Amien Rais adalah ‘orang pertama’
yang bersuara sumbang tentang Jokowi. Sebagai warga Solo, tentu saja beliau
adalah yang paling mengerti kepemimpinan mantan Walikotanya itu. Tapi tipi, Koran
dan portal media online semuanya seolah-olah tak mendengar teriakannya.
Sebaliknya, di social media robot relawan Jokowi dengan kejamnya membully
beliau. Nasib serupa dialami Obor Rakyat dan terakhir, Trio Macan.
Hasilnya mulus. Jokowi melenggang
jadi Presiden dengan mewariskan Solo pada wakilnya yang non muslim. Nasib
Jakarta juga sama. Ibukota Negara itu dierahkan kepada Ahok. Dan lihat apa saja
kebijakan mereka. Sangat meminggirkan Islam dan Cina sentries.
Lalu apa hubungannya dengan saya?
Tak bisa dipungkiri bahwa
pengaruh saya dalam pergaulan sangat significant, wkwkwk….! Bahkan saya pikir cuma
saya satu-satunya personel perusahaan itu yang punya singgasana, ‘tempat duduk
pribadi’ saat istirahat siang. Di bawah pohon, hahaha…!
Tak seorangpun berani
mendudukinya. Entahlah sekarang, hahaha…! Bahkan cowok Dian saja pernah menegur
seorang anak karena secara lancang berani mendudukinya.
“Hey, jangan duduk di situ! Itu
tempat duduknya Siraul Nan Ebat”, bentaknya.
Setiap istirahat siang saya
adalah bintang di tempat itu. Posisinya yang sangat strategis membuat semua mata
dan telinga audiens mau atau ogah, terpaksa atau tidak tertuju pada Sabda Raul,
hahaha…! Maka tak salah mereka butuh dan merindukan kehadiran saya, minimal
demi membungkam sorak si Anu atas kemenangan Jokowi.
Pengaruh saya yang besar itulah
yang ditakutkan Jokowi. Saya di-Amien Rais, di Obor Rakyat dan di Trio
Macan-kan. Saya mesti disingkirkan. Pengaruh saya mesti dihilangkan.
Dari pembicaraan dengan teman
tadilah saya menyadarinya. Saya coba telusuri dan akhirnya menemukan mata
rantainya. Yaa, manejer saya itu.
Sangat aneh, seorang supervisor
sebuah perusahaan di Mukakuning yang dipecat karena tak becus malah diangkat
jadi manejer di sebuah perusahaan Internasional seperti tempat kami bekerja?
Kenapa? Karena dia adalah ‘agen’ yang sengaja disusupkan demi misi Jokowi
Presiden.
Proyek menyingkirkan saya
dilakukan secara massif, terstruktur, sistemik dan terencana. Saya dibuat tak
betah.
“Ini adalah kontrakmu yang
terakhir. Sehabis ini saya takkan pernah perpanjang kontrakmu lagi, bagus atau
tidak kerjamu 6 bulan ke depan”, katanya begitu saya selesai sign kontrak
terakhir saya.
Demi memuluskan misinya,
supervisor sebagai benteng terkuat saya juga dibuat tak betah dan akhirnya ‘terpaksa’
resign.
Curiga tidak? Apakah suatu
kebetulan kalau saya diberhentikan hanya beberapa saat menjelang Pemilu? Apakah
suatu kebetulan pula kalau dia alumni UGM juga seperti halnya Jokowi?
Masih tak percaya kalau
konspirasi itu ada? Hahaha….!
*Just 4 Fun. Selamat berpuasa…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar