Halaman

12 Mar 2015

Ocid Yang Terkutuk



Au’dzubillahi minas sinetronirrojiim….!

Tahu bagaimana seriusnya saya ingin membasmi Ocid dari layar kaca? Tak perlu saya beberkan lagi alasannya. Sudah ratusan, RATUSAN, R A T U S A N kali saya post di Facebook, Twitter dan juga di blog kebanggaan saya ini. Rasa geram saya sudah sampai pada puncaknya. 

Di Twitter, Ocid pernah saya adukan ke KPI Pusat dan akun milik SCTV yang menayangkan sinetron sampah ini via Fahira Idris, seorang aktivis yang juga anggota DPD peraih suara terbanyak di Pemilu lalu. Saya juga mention psikolog Dwi Estiningsih yang punya banyak pengikut. Meski banyak direspon para follower mereka, sayangnya tak ada tanggapan positif dari pihak-pihak terkait.




















Tapi tak ada perjuangan tanpa hasil sama sekali. 2 hari setelah itu saya melihat ada yang berubah dari sinetronnya, sampai sekarang. Entah karena ratingnya yang merosot drastis atau sebab lain tim Ocid mulai menggunakan bintang tamu yang rata-rata (menurut saya pribadi) bertarif tinggi. Pertama Charly mantan vokalis band Es Teh Dua Gelas perform dalam 2 episode. Diikuti oleh Daus Sembako. Setelah itu juga ada Idrus Madani yang dikenal sebagai Pak RW di Sinetron Para Pencari Tuhan. Barangkali karena masih gagal angkat rating, Aziz Gagap pun diajak berpartisipasi dalam beberapa episode. Juga ada bintang senior Lenny Charlote dan tukang silet, Feni Rose, hahaha….!

Masih juga gagal? Trik baru mereka mainkan. Sudah lebih sejak 3 minggu yang lalu mereka proklamirkan bahwa Ocid segera berakhir. Ocid memasuki episode-episode terakhir. Saya mulai sedikit tenang. Ehh…nyatanya sampai sekarang masih tayang dan sama sekali tak ada tanda-tanda bahwa si Ocid benar-benar akan berakhir. Rasa geram kembali menghasut saya. Dan akhirnya kemaren saya mabuk amarah. 2 pemeran utamanya, Si Ocid dan si Koret saya mention di Twitter. Saya tumpahkan kekesalan saya pada mereka berdua.



Entah kenapa saya merasa begitu bangga telah mabuk amarah begitu. Saya tahu dan sangat paham bahwa mereka takkan berani meretweet atau mereplay mentionan saya. Tapi itu tak penting lagi. Saya sudah perjuangkan agama saya, satu hal yang luput dari pengamatan ulama yang lebih suka menceramahi warga mesjid ketimbang membasmi potensi ancaman bagi umat Islam. Ocid dan kawan bukan saja telah menebar kebodohan, menista dan menghina Islam. Yang lebih parahnya, mereka telah menjual Islam. Lihat saja tokoh si Koret (Sumpah, saya tak tahu nama yang diperankannya) yang walau selalu berbaju gamis, tapi dari mulutnya SELALU muncul kata-kata menghina. Lihat juga judul asli sinetronnya yang sangat Islami: Emak Ijah Pengen ke Mekah. Dengar juga backsound pembukanya, Islami kental. Tapi saya sama sekali tak pernah melihat ada konjungsinya dengan kisah yang ditampilkan.



Apa lagi yang bisa saya lakukan selain berdoa kepadaNYA. Kepada siapa lagi saya mesti minta tolong. KPI dan Lembaga Sensor mestinya dibubarkan saja. Ratusan juta uang negara dihambur-hamburkan begitu saja untuk membayar mereka yang tak bekerja itu mubazir bukan? Itu saja saya sudah berprasangka baik terhadap mereka. Jangan-jangan malah lembaga itu mereka jadikan pula sebagai ladang korup.  Betapa ironisnya. 

MUI sama saja. Sulit berharap banyak pada mereka. Apalagi sekarang, sejak Indonesia diimami Jokowi anggaran untuk MUI distop sama sekali. Bahkan sekadar untuk kebutuhan konsumsi rapat saja merekasudah ngos-ngosan, berharap sumbangan masyarakat atau dari kantong mereka pribadi, ckckckc….!

Benar, sejak saya mention, Mbak Estiningsih sangat aktiv menulis tentang bahayanya TV sampai saat ini. Saya sendiri sangat menghargai usahanya, walau tak pernah secara eksplisit berkicau soal Ocid. Saya salut atas konsistensinya yang mengaku tak pernah punya TV sama sekali, bahkan sampai saat ini. Saya juga menghormati anjurannya untuk menghindari televisi. Itu anjuran yang baik. Sayangnya anjuran yang baik itu hanya akan berakhir sebagai kebaikan untuk diri sendiri, tanpa membawa manfaat bagi umat. Ini keliru.

Baik lagi bermanfaat, begitulah mestinya kebaikan. Kebaikan mestinya tak berhenti hanya untuk diri sendiri. Kebaikan yang lemah hanya akan berakhir sebagai kebaikan bagi diri sendiri. Keburukan yang kuat akan berbuah keburukan bagi umat. 

Selamat Pagi….! Ayo, kita basmi Ocid 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...