Halaman

9 Jan 2015

Hell's Kitchen Keren...?



 Jempol terbalik saya buat acara satu ini. Dipandu oleh chief terkenal yang tak tahu diri. Bayangkan betapa durhakanya orang ini. Terkenal karena makanan, tapi begitu disuguhkan kepadanya bukannya malah dinikmati malah dilempar-lempar begitu saja seenaknya bahkan sebelum sempat dicicipinya. Ini jelas pelecehan.

Pertama, ini pelecehan terhadap martabat makanan. Kedudukannya sebagai penentram lapar sudah dilecehkan sedemikian rupa. Makanan hanya dianggap mampu berteman baik dg kemiskinan. Di hadapan gengsi, jika makanan itu buruk rupa, maka cukup dicampakkan saja tanpa perlu dirasa. Sungguh orang yang sama sekali tak punya rasa hormat pada makanan yg ironisnya malah telah membuatnya  jadi ‘seseorang’ selama ini.

“Ini bukan lomba memasak. Ini adalah perang”, katanya.

Betapa tragisnya nasib makanan. Makanan yang mestinya dihormati begitu rupa karena mendamaikan lapar, malah dijadikan sebagai property perang. Agama saya mengajarkan untuk menghormati makanan. Sejak dini saya telah diajarkan agar menghabiskan makanan yg telah dihidangkan (dalam piring).

“… karena itu adalah rejeki”, kata Ibu saya.

Berikutnya, ini pelehan terhadap pemasaknya. Makanan itu sudah dimasak demikian rupa sambil bercucuran keringat. Bayangkan saja, masakan itu dimasak dengan harap akan beroleh pujian. Tentu saja segala daya, usaha dan kemampuan telah dikerahkan untuk menyajikannya. Ehh…Capek2 masak, dan dengan niat baik bukannya dihargai apalagi dipuji, malah pemasaknya dipermalukan di hadapan seluruh pemirsa se-Indonesia.  Apalagi selain masakannya dibuang, yang membuatnya juga dimaki-maki dan malah sampai ditendang pula. Bahkan jika perlu sampai diusir segala ckckck….!

 Dalam agama saya bahkan sampai diperintahkan untuk tidak ‘merobah paras’ begitu mencicipi masakan yang telah dihidangkan, walau betapa kacau rasanya. Tujuannya, tentu saja demi menghargai orang yang telah menyuguhkannya.  Jadi, betapa tak tau dirinya chief yang katanya terkenal ini.

Kata siapa dia terkenal? Kata siapa masakannya enak. Coba deh suruh dia main-main ke kampung saya. Kalau dia mau, saya bersedia untuk mensponsori lomba memasak antar warga dengan dia sebagai salah satu peserta tamunya. Tenang saja. Semua akomodasi akan saya tanggung. Bahkan jika butuh, dia juga tak usah ragu soal penginapan. Sangat banyak rumah kosong yang bisa ditempatinya. Ingat yaa, rumah. R-U-M-A-H. Bukan sekedar kamar.

Dia, dan semua peserta lainnya boleh memasak sesuka hati dan keahliannya masing-masing. Dan kita akan adu, makanan siapa yang akan paling banyak dipuji. Saya malah sangsi, apakah makanannya akan dicicipi warga atau tidak, hahaha….!

Hell’s Kitchen yg begitu digembor-gemborkan itu adalah ajang narsis dan penuh pelecehan terhadap kemiskinan dan agama. Ajaran agama untuk menghargai makanan dan pembuatnya diledek sedemikian rupa. Makanan adalah kebutuhan nomor satu dalam hidup manusia. Demi makan, bahkan banyak orang yang rela menjual kehormatan dan bahkan aqidahnya segala. Jadi kenapa ada acara lempar2 dan buang-buang makanan begitu dibiarkan begitu saja…?

*_*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...