Halaman

25 Des 2018

Naga Bonar : Rahmat Natal

Naga Bonar         :Beginilah jadinya, kalau segala sesuatu diserahkan pada yang bukan ahlinya.

Lukman                :Maksud, Abang?

Naga Bonar         :Si Maryam itu pencopet, kan?

Lukman                :Mantan, Bang! Mantan pencopet! Macam Abang juga!

Naga Bonar         :Iya, mantan pencopet! Nah, kenapa mantan pencopet bisa diangkat jadi staff ahli Menteri Peridustrian dan Perdagangan? Keahlian si Maryam itu kan mencopet, bukan berdagang?

Lukman                :Mungkin karena dia jago diplomasi, Bang! Jago melobi, maka dipercaya sebagai staff ahli menteri.

Naga Bonar         :Staff ahli! Ahli, cuiiiih! Ahli apaan yang bisa menyimpulkan harga telor naik karena Piala Dunia? Ahli apaan yang solusi mengatasi jatuhnya harga kelapa sawit adalah dengan menggantinya jadi perkebunan petai dan jengkol? Jengkel saya!

Lukman                :Abang iri ya, sama si Maryam?

Naga Bonar         :Iri? Kenapa aku harus iri? Aku tersinggung. Aku marah, Lukman! Aku marah karena pemimpin seenaknya saja menyuruh mengganti kebun kelapa sawitku jadi kebun jengkol atau kebun petai. Padahal kau sendiri kan tahu, bagaimana berharganya kebun kelapa sawit itu buatku.

Lukman                :Kelapa sawit harganya jatuh, Bang!

Naga Bonar         :Bukan soal harga yang kupermasalahkan, Lukmaaaan! Bahhhh! Tapi nilai kebun itu sendiri. Di kebun kelapa sawit itu Bonaga, anakku kubesarkan sendirian karena Kirana emaknya mati waktu melahirkannya. Di kebun itu dia menghabiskan masa kanak-kanaknya, menemani aku, bapaknya, alumni copet yang mencoba jadi manusia yang lebih baik dengan berkebun. Kelapa sawit itu pula yang menyekolahkan Bonaga sampai ke Inggris, agar dia juga jadi lebih baik ketimbang aku bapaknya, kau, si Maryam atau si bengak Bujang itu. Nahhhh, kini bisa-bisanya mereka menyuruh kebun kelapa sawit diganti jadi kebun petai atau jengkol?

Lukman                :Bang, kita ini sahabatan sejak kecil. Karena kesibukan pribadi, kita jadi jarang bertemu. Apa tak bisa, kesempatan langka ini kita gunakan untuk ngobrol yang ringan-ringan saja? Perasaan, tiap ketemu abang aku dapat omelan melulu? Ini aku bisa pulang kampung juga karena kebetulan libur, Bang! Alhamdulillah, rahmat Natal!

Naga Bonar         :Astagfirullah! Ngucap, Kau, Lukman! Rahmat Natal katamu?

Lukman                :Loh, emang salah? Natal itu bukan semata soal kelahiran, tapi juga mengenai kehidupan Yesus yang penuh hikmat. Ia datang membawa rahmat. Kata-katanya tak membakar kesumat, tapi mendatangkan selamat. Nasehatnya tidak.... (keburu dipotong Naga Bonar)

Naga Bonar         :Sersan Mayor Lukman Hakim Syaifuddiiin....!

Lukman                :Siap, Jendral!

Naga Bonar         :Kalau kau masih mengoceh juga, kuturunkan pangkat kau jadi Prajurit. Paham, KAAAAAUUUUUUU....! Bahhhh!

Lukman                : (diam)


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...