Naga Bonar :Beginilah
jadinya, kalau segala sesuatu diserahkan pada yang bukan ahlinya.
Lukman :Maksud,
Abang?
Naga Bonar :Si Maryam itu
pencopet, kan?
Lukman :Mantan,
Bang! Mantan pencopet! Macam Abang juga!
Naga Bonar :Iya, mantan
pencopet! Nah, kenapa mantan pencopet bisa diangkat jadi staff ahli Menteri
Peridustrian dan Perdagangan? Keahlian si Maryam itu kan mencopet, bukan
berdagang?
Lukman :Mungkin
karena dia jago diplomasi, Bang! Jago melobi, maka dipercaya sebagai staff ahli
menteri.
Naga Bonar :Staff ahli!
Ahli, cuiiiih! Ahli apaan yang bisa menyimpulkan harga telor naik karena Piala
Dunia? Ahli apaan yang solusi mengatasi jatuhnya harga kelapa sawit adalah
dengan menggantinya jadi perkebunan petai dan jengkol? Jengkel saya!
Lukman :Abang iri
ya, sama si Maryam?
Naga Bonar :Iri? Kenapa
aku harus iri? Aku tersinggung. Aku marah, Lukman! Aku marah karena pemimpin seenaknya
saja menyuruh mengganti kebun kelapa sawitku jadi kebun jengkol atau kebun
petai. Padahal kau sendiri kan tahu, bagaimana berharganya kebun kelapa sawit
itu buatku.
Lukman :Kelapa
sawit harganya jatuh, Bang!
Naga Bonar :Bukan soal
harga yang kupermasalahkan, Lukmaaaan! Bahhhh! Tapi nilai kebun itu sendiri. Di
kebun kelapa sawit itu Bonaga, anakku kubesarkan sendirian karena Kirana
emaknya mati waktu melahirkannya. Di kebun itu dia menghabiskan masa
kanak-kanaknya, menemani aku, bapaknya, alumni copet yang mencoba jadi manusia
yang lebih baik dengan berkebun. Kelapa sawit itu pula yang menyekolahkan
Bonaga sampai ke Inggris, agar dia juga jadi lebih baik ketimbang aku bapaknya,
kau, si Maryam atau si bengak Bujang itu. Nahhhh, kini bisa-bisanya mereka menyuruh
kebun kelapa sawit diganti jadi kebun petai atau jengkol?
Lukman :Bang, kita
ini sahabatan sejak kecil. Karena kesibukan pribadi, kita jadi jarang bertemu.
Apa tak bisa, kesempatan langka ini kita gunakan untuk ngobrol yang
ringan-ringan saja? Perasaan, tiap ketemu abang aku dapat omelan melulu? Ini
aku bisa pulang kampung juga karena kebetulan libur, Bang! Alhamdulillah,
rahmat Natal!
Naga Bonar :Astagfirullah!
Ngucap, Kau, Lukman! Rahmat Natal katamu?
Lukman :Loh, emang
salah? Natal itu bukan semata soal kelahiran, tapi juga mengenai kehidupan
Yesus yang penuh hikmat. Ia datang membawa rahmat. Kata-katanya tak membakar
kesumat, tapi mendatangkan selamat. Nasehatnya tidak.... (keburu dipotong Naga
Bonar)
Naga Bonar :Sersan Mayor
Lukman Hakim Syaifuddiiin....!
Lukman :Siap,
Jendral!
Naga Bonar :Kalau kau
masih mengoceh juga, kuturunkan pangkat kau jadi Prajurit. Paham,
KAAAAAUUUUUUU....! Bahhhh!
Lukman : (diam)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar