Halaman

7 Apr 2017

My Wonderfull Life



1-2-3-4
Walking like a man, hitting like a hammer,
she's a juvenile scam never was a quitter, tasty like a raindrop,


Let's go buy an ice cream and a magazine with an attitude
and put on a cassette, we can pretend that you're a star
cos life's so very simple just like sya la la...

(Roxette yang kucampur aduk, hahaha...!)

Saya buat tagline Rekreasi Hati bahwa hidup ini indah dan mudah karena sebetulnya benar-benar saya alami dan rasakan sendiri. Menjalani hidup apa adanya dan saya temui ada apanya. Sebab hidup yang apa adanya itu sejatinya penuh dengan ada apanya, hahaha…!


Saya punya teman yang (dulu) bekerja di Tanjung Pinang. Setiap akhir pekan dan hari libur dia pulang ke Batam, ke rumah orangtuanya. 3 tahunan bolak-balik kerja dan libur Tanjung Pinang-Batam, saya sempat mengantarnya 2x sampai ke Pelabuhan Telaga Punggur saat mau balik kerja ke Tanjung Pinang. Cuma 2x, tapi itulah 2 perjalanan yang bagi saya penuh dengan hikmah.


Kesempatan pertama di pagi hari. Dalam perjalanan pulang selepas mengantar si teman saya beberapa meter sebelum bundaran Nongsa/bandara-Punggur melihat seorang lelaki tua sedang berjalan kaki. Penampilannya (maaf) cukup lusuh dan tampak kumuh. Saya berhenti menghampiri dan menawarkan tumpangan. Dengan berkali-kali mengucap terimakasih dan,


“Adduuuuh, saya telah merugikan kamu, nih!”, katanya juga berkali-kali.


Saya tanya hendak ke mana dia bingung. Kemampuan berbahasa Indonesianya yang parah dikombinasikan pula dengan pengetahuan bahasa Jawa saya yang payah membuat saya cukup sulit menangkap informasi yang diberikannya. Saya Cuma menangkap dia baru 3 hari di Batam. 2 malam terakhir dia menumpang tidur di rumah (liar) orang sekampung (sesama Jawa?). Dia ga betah, tak enak hati ‘telah merugikan’, maka sekarang dia hendak mencari teman yang ‘mengundangnya’ ke Batam. Teman yang hendak memberinya pekerjaan. Teman yang katanya tinggal di sebuah usaha jual beli besi tua di suatu tempat di Batam Centre. Ke situlah sekarang tujuan kami.


Sudah basi, berulat dan berbulu saya di Batam, tapi saya tak tahu persis tempat yang dimaksudnya. Apatah lagi dia yang baru 3 hari di Batam? Ringkasnya, saya mengantarnya sampai di salah satu tempat jual besi besi tua di sekitaran Simpang Frengki, Batam Centre. Harapan saya dia bisa mendapatkan bantuan lebih ketimbang dari apa yang sudah saya lakukan. Saya menitipkan urusan berikutnya pada kehendak Allah SWT. Saya lanjutkan perjalanan, dan hidup hingga saya kembali berkesempatan mengantar si teman hendak pulang ke Tanjung Pinang.


Kesempatan kedua itu kali ini di sore hari, kurang lebih sebulan kemudian. Dalam perjalanan pulang selepas mengantar si teman, di tempat yang nyaris sama persis, beberapa meter sebelum bundaran Nongsa/bandara-Punggur melihat seorang lelaki tua sedang berjalan kaki. Penampilannya (maaf) cukup lusuh dan tampak kumuh. Saya berhenti menghampiri dan menawarkan tumpangan. Dengan berkali-kali mengucap terimakasih dan,

“Adduuuuh, saya telah merugikan kamu, nih!”, katanya juga berkali-kali.


Masya Allah…!


Lelaki tua itu lagi!

Didn't I tell you everything is possible in this deja vu?...” ~ Roxette

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...