Begitu ayunan cangkul saya nancap
di tanah mereka dengan sigap bergerombol berebut cacing. Selalu begitu. Ini
amat mengganggu kegiatan saya mencangkul. Sempat tebersit niat sebetulnya
mengayun cangkul untuk mencederai satu diantara mereka agar dapat efek jera dan
jadi pelajaran bagi rekan-rekannya sesama ayam juga. Gajah saja ogah jatuh ke
lobang yang sama 2x. Saya percaya kata-kata bijak ini, walau sama sekali belum
pernah melihat gajah jatuh ke lobang. Apalagi jatuhnya 2x pula. Apalagi
jatuhnya yang 2x itu pada lobang yang sama pula. Bahkan jangankan melihat gajah
jatuh masuk lobang, melihat gajah kesandung atau kepeleset sekalipun saya belum
pernah.
Tapi, tunggu…!
Kalau tak salah dulu saya memang
pernah membaca ada gajah yang jatuh masuk lobang yang sama 2x. Tapi itu sudah
lama sekali. Saat itu rasanya saya masih SD. Kalau tak salah ceritanya kancil
dan gajah, hahaha…!
Kancil dan gajah sama-sama jatuh
ke dalam lobang yang sama. Kancil yang cerdik akhirnya bisa keluar dengan menipu
si gajah…
Ehh, tunggu…!
Maaf, kalau tak salah ceritanya
bukan tentang kancil dan gajah ya? Tapi cerita kancil dan harimau? Yang benar
yang mana sih, gajah atau harimau? Hahaha…!
Abaikan! Kita anggap saja itu
memang cerita tentang kancil dan gajah yang terjatuh masuk lobang. Tapi
persoalannya ini kan bukan tentang gajah? Juga bukan soal kancil, apalagi
harimau? Ini tentang ayam, hahaha…!
Dan ayam bukanlah gajah. Adduuuuh…!
Kenapa sih ini tulisan bisa jadi kacau begini ya?
Dokteeeeer….! Susteeeeeer….!
Pendarahan gegara jerawat pecah sebelum waktunya ga ngaruh sama kinerja otak kan, ya?
Oke, konsentrasi!
Kegiatan saya mencangkul di kebun
diganggu oleh gerombolan ayam pemburu cacing. Gangguan merekea di tengah haus
dan cuaca yang terik begini sangat rentan memicu amarah saya. Sungguh, kalau
bukan karena segan terhadap tuannya itu ayam-ayam sudah punah saya basmi,
hahaha…!
Tapi sebelum itu sempat kejadian
saya menyadari betapa hebatnya kuasa Allah SWT. Bayangkan cacing yang karena
lembutnya sampai saya ga berani membayangkan untuk menginjak-injaknya ternyata
juga begitu kuatnya. Badannya yang lembut itu ternyata begitu enteng saja
baginya menembus tanah menghindari horornya patukan ayam dan ayunan cangkul
saya. Kepalanya begitu lincah membawa badannya menghilang dalam gelapnya tanah. Imajinasikan bagaimana rasanya jika kita coba pula menembus tanah menggunakan kepala seperti yang dilakukan oleh si cacing!
Itu baru soal cacing. Lihat pula
betapa menakjubkan anugerah yang diberikan Allah SWT terhadap ayam. Walau rabun
( itulah kenapa ada istilah rabun ayam) dan tak pakai kacamata, faktanya mata rabun mereka selalu lebih duluan melihat cacing
ketimbang mata normal saya. Masya Allah, Allahu Akbar…!
Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!
Allahu Akbar…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar