Hari itu tak seperti biasanya. Teman ini lupa siapkan receh dua
puluh ribu yang tiap Sabtu sore rutin diberikannya pada si ibu ‘penunggu
mesjid’ itu. Recehan terkecil di kantongnya lembaran lima puluh ribu.
“Terlalu besar!” pikirnya.
Tapi Allah SWT selalu punya cara untuk mengingatkan hambaNYA. Ibu itu
adalah kebaikan rutinnya. Ibu itu jalan baik yang selalu dilimpahkan
Allah buatnya. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kebiasaan baik
hambaNYA takkan dibiarkannya hilang begitu saja.
“Dek…! Adek…!” Ibu itu berteriak memanggilnya.
Gleeek…! Teman ini sedikit kaget juga.
“Jangan-jangan ibu ini sengaja beri kode bahwa aku lupa memberinya!” gumam si teman.
“Barangnya ketinggalan, nih!”, kata si ibu sembari menyodorkan kantong
plastic berisi ‘jajanan’ si teman yang tepat berharga 20ribu perak.
Astagfirullahaladziim…!
Betapa sebetulnya jarak kebaikan dan keburukan itu tipis saja. Betapa
sering kita dengar ada model internasional yang rela menelanjangi
pribadinya di kalender demi membantu korban bencana alam, misalnya. Atau
selebritis yang membuka pakaiannya demi kampanye saying binatang. Malah
tak perlu jauh-jauh. Kita bisa membiarkan begitu saja sampah
koran-koran bekas alas sholat usai sholat Ied?
Pahala dan dosa
bisa datang pada saat yang sama. Pahala teman ini karena niat baiknya
untuk berikan si Ibu sedeqah tentu tak bakal dianulir Allah, bahkan bila
dia gagal menunaikannya sekalipun. Tapi dosa akibat buruk sangka
terhadap si Ibu juga telah terlanjur didapatnya. Pahala niatnya
bersedekah tetap didapat, tapi dosa berburuk sangka terhadap Allah
karena bakal hilang 50ribu tentu tak mungkin diremehkan begitu saja.
Lima puluh ribu itu memang besar baginya. Tapi tak ada apa-apanya bagi
Allah SWT, kan?
Beberapa saat lagi waktu Dzuhur. Entah apa
sebabnya ibu dan dua orang anak kecilnya (satu lagi masih dalam
gendongannya) ini malah memilih mendatangi saya, walau sebetulnya banyak
yang lain di sekitar saya.
“Dek, boleh pinjam kamar mandinya ya! Ini anak saya ‘eek!”, katanya.
Saya orang baik. Ibu ini memilih mendatangi saya pasti atas petunjuk
Allah. Allah yang menggerakkan hatinya untuk mendatanginya saya. Allah
memilih saya untuk orang ini. Siapa yang tak merasa terhormat, jadi
manusia pilihanNYA?
Maka dengan rupa seramah mungkin dan senyum lebay, tentu saja saya persilahkan ibu itu untuk menggunakan kamar mandi saya.
Akhirnya saatnya sholat Dzuhur. Saya pun segera menuju ke kamar mandi, mau ambil wudhu’.
“Sialan….! Kamp***t…! Kok ga disiram, sih?”, saya ngomel-ngomel sendirian.
Ingatan saya kembali pada si teman dengan kisahnya. Enak betul dia!
Diingatkan Allah untuk selalu jadi orang baik dan percaya terhadap
limpahan rejekiNYA. Saya? Ini adalah teguran Allah bahwa selama ini saya
gagal untuk tulus dalam berbuat baik, hingga perlu diingatkanNYA dengan
eek yang lupa disiram.
“Ampuni hambaMu ini yaa, Allah…! Aamiin…!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 Hal Penting Dalam Menulis
Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...
-
Hi, Para Penggaruk semua! Apa kabar? Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat dan asyik selalu, ya! Aamiin...! Sebagai posting pembuka ...
-
Seri Komplotan mungkin serial karya Enid Blyton yang paling tidak populer di Indonesia. Meski cuma terdiri dari 6 judul, tapi inilah karya s...
-
Saat Eros mencipta sebuah lagu cinta, tentang Anugerah Terindah. Dan kau pun mulai meminta aku 'tuk mencipta sebuah lagu tentang cinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar