Saat itu dia pasti belum liat saya. Akan menegangkan nanti
pastinya saat sesi photo-photo keluarga. Apalagi cuma saya wakil dari pihak
bapak saya. Sudah pasti banyak moment-moment photo bersamanya. Paling tidak
photo bersama dari saudara orangtua pihak laki-laki, saya tentu mewakili bapak
saya. Photo bersama sepupu pihak laki-laki tentu saya juga mewakili diri
sendiri. Photo bersama seluruh sepupu pihak laki-laki, juga saya. Photo bersama
keluarga laki-laki, lagi-lagi saya. Photo bersama seluruh kerabat pihak
laki-laki. Membayangkan itu semua saya berniat kabur, hahaha…!
Tapi tak mudah, sebab pintu mesjid yang cuma satu tentu
membuat saya akan jadi sorotan. Apalagi posisi saya justru berhadapan dengan
pintu, yang artinya saya mesti melintasi semua orang untuk menyeberang keluar.
“Oke, nanti pas kegaduhan sesi photo-photo tentu ada
peluang”, pikir saya.
Itu benar, tapi saya sudah berpikir terlalu jauh. Acara
berikutnya malah lebih horror. Sungkeman terhadap SEMUA keluarga, satu-persatu.
HAAAAAAH….?
Semua keluarga yang hadir dibariskan melingkar mesjid. Entah
karena tempat yang terlalu kecil, atau karena yang datang terlalu banyak, atau
bisa juga karena barisan yang tak rapi, memungkinkan saya untuk duduk di
belakang, paling pojok. Format sungkemannya pun member keuntungan buat saya.
Dimulai dari keluarga masing-masing. Jadi pihak laki-laki start ke keluarganya,
yang wanita juga sungkeman ke keluarganya dulu. Barulah kemudian diteruskan ke
keluarga pihak lawan, hah…!
Sepupu saya tentu saja melihat saya dengan sempurna. Tapi
setelah sungkeman, saya pilih membaur sama penonton netral. Jadi saya selamat,
pengantin wanita tak perlu sungkeman kepada saya, hahaha…! Apajadinya way, bisa mati suri dia kalau tahu dia bakal
sungkeman dengan saya. Sering atau tidak, selalu atau jarang dia juga termasuk
orang yang pernah saya gombal-gombal saat bekerja dulu, wkwk…! Sampai di situ imajinasi saya? Tidak, bahkan lebih horror
lagi. Saya bayangkan saya juga sudah menikah dengan Dian, baru-baru ini.
Otomatis dia juga mesti sungkeman dengan Dian, kan? Padahal Dian adalah
‘murid-nya’ langsung dulu saat PKL di tempat kerja kami, wahahaha…!
Selamat dari sungkeman, acara photo-photo. Untuk beberapa
sesi memang saya sukses menghilang. Tapi akhirnya ketahuan juga. Sesi terakhir
pihak laki-laki, photo bersama seluruh keluarga nama saya ikut diabsent. Saya
tak tau pasti apakah saat itu dia sudah mengenali saya, sebab saya tak berani
melihat ke arahnya juga. Sepertinya sudah, sebab saya muncul paling akhir.
Itupun dari luar mesjid, haha…! Itulah mungkin pertama kalinya dia sadar, bahwa
saya sudah jadi abang iparnya, wkwkwk…!
Setelah itu saya duduk di luar mesjid, sementara yang lain
mulai berjalan menuju tempat pesta, di lokasi yang sama, beberapa meter saja
dari mesjid. Saya sempat berencana untuk kabur, tapi tak mungkin sebab kami
berangkat rombongan pakai bus pariwisata, hehehe…! Selagi menimbang-nimbang
rencana kabur, ehh dua orang penerima tamu ternyata juga teman-teman dari
tempat kerjaan itu, hahaha…! Waah, kalau begini bisa berabe ini. Bentar lagi
para tamu akan mulai datang, dan beberapa pasti ada teman-teman dari tempat
kerjanya, yang otomatis juga teman saya. Kan baru 3 bulan saya dipecat, wahaha…!
Bagaimana serunya? Post berikutnya, hehehe…!