Halaman

29 Jul 2013

Bungkus Indomie yang Sexy

Hari-hari biasa di luar Ramadhan, Kantin Mba’ Desi adalah salah satu pilihan penentram lapar kami para karyawan perusahaan tempat saya bekerja. Salah satu indikasi mutu hidup manusia adalah soal makan (siang). Jika mesti ditulis di buku hitam kantin, pasti sulit bicara soal mutu hidup. Apalagi jika ingin bicara soal bursa saham, investasi, nilai tukar atau obligasi. Pasti tak bakal nyetel, hahaha…

Ketimbang nasi Padang, makanan di kantin ini kalah segalanya. Dari soal selera sampai masalah harga. Celakanya, bagi saya yang galau financial itulah pilihan terbaiknya. Karena boleh dicatat dulu di diary, hahaha...!

Oh ya, satu lagi: pelayannya itu lho, mirip Catherine Zeta Jones (my wet dream actress, :) kalau dilihat dari Puncak Jembatan Barelang pakai pipet yang ujungnya udah tergigit-gigit, hahaha…!

Tapi memang begitulah cuma mutu hidup saya. Demi menghibur diri sendiri saya sering melakukan ‘penggalauan massal’ pada teman-teman lain saat kami berbaris antri mengambil makan siang,

“Kalian sekali-kali makan nasi Padang lah sana! Jangan di kantin Mba’ Desi melulu”, kata saya yang otomatis langsung disambut teriakan,

“huuuuu…”

“Sekali-sekali makan di kantin Mba’ Desi ah…!” Kadang-kadang begitulah gaya saya, ngomong tanpa ekspresi, tapi sengaja agak dikeraskan biar yang lain dengar, hahahaha…!

Setan memang telah ditahan selama bulan Ramadhan ini. Tapi setan juga telah bersiap sebelumnya. Karena bukan manusia saja yang merasakan beratnya berpuasa, setan pun merasakan hal yang sama. Jangankan manusia yang alim, bahkan koruptor pun sulit mereka goda untuk tidak berpuasa. Itulah makanya mereka memandatkan semua tugas selama Ramadhan ini kepada teman-teman akrab manusia. Rokok, bungkus indomie termasuk juga aneka tontonan seperti ‘Hallo Selebriti’. Pokoknya apa saja, yang penting puasa kita rontok, minimal rusak. Itulah makanya melihat pipet saja kita bisa merasa galau, hahaha…!

Puasa mengembalikan sesuatu pada fitrahnya masing-masing, termasuk makanan. Makanan yang sekarang jadi salah satu symbol gengsi juga akan kembali pada kedudukan awalnya sebagai penentram rasa lapar. Pada saat inilah martabat indomie setara dengan ayam goreng. Rumah Makan Janjang Sambilan tak lagi bisa menegaskan gengsinya terhadap Kantin Mba’ Desi (kantin perusahaan tempat saya bekerja). Jika terhadap orang yang berpuasa dihadapkan ayam goreng dia takkan bergeming. Sebaliknya buat yang lemah iman, bungkus indomie pun akan terlihat sexy.

Manusia juga kembali kepada fitrah awalnya. Jika dia beriman, maka dia akan berpuasa. Pun sebaliknya, karena yang diperintahkan untuk puasa hanya orang-orang yang beriman. Jadi orang yang tak berpuasa itu sendiri sebenarnya sadar atau tidak telah menjelaskan bahwa dia memang bukan orang yang beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...