Halaman

14 Feb 2012

ALLAH Maha Pemurah, Tapi Tidak Murahan

Orang yang sholat itu dimudahkan rezekinya oleh Allah. Entah kalimat Al-Qur'an atau hadits, saya kurang begitu jelas. Yang pasti saya sudah amat sering mendengar bunyi kalimat sejenis. Dan saya memang meyakini kebenarannya. Ketika menjalankan sholat, biasanya memang ada saja rezeki yang diturunkan Allah buat saya. Entah dengan jalan wajar dan biasa, ataupun yang di luar nalar dan tak saya sangka-sangka. Tak perlu menguraikan contohnya satu-satu. Tapi saya memang sering mengalami hal-hal seperti itu.

Ketika kontrak kerja hampir habis, biasanya saya sering sholat dan berharap pertolonganNYA. Dan Alhamdulillah kontrak kerja pun selalu diperpanjang. Ketika  mengalami kesulitan ekonomi, walaupun hanya untuk sekadar punya uang buat beli rokok saya sholat. Biasanya ada saja jalan agar saya bisa merokok. Entah itu karena dikunjungi teman, ataupun dapat pinjaman uang ala kadarnya entah dari siapa. Intinya jika sholat, biasanya rejeki memang saya rasakan begitu dekat.

Saya hapal dan saya manfaatkan betul rumus itu. Maka setiap saya butuh, saya sholat. Dan kebutuhan saya terpenuhi. Selama kebutuhan tercukupi saya lalai. Butuh lagi, saya sholat lagi. Cukup, dan saya lalai lagi dan begitu seterusnya.

Tapi lama-lama saya curiga kenapa Allah mau saja saya perdayai begitu ?

Ada dua kemungkinan. Pertama, karena Allah memang percaya bahwa saya akan segera bertobat dan merubah kelakuan saya? Allah memang Maha Tahu. Tapi saya rasa bukan itu alasannya. Buktinya saya selalu saja memperolok-olokkanNYA lagi. Jadi Allah keliru.

Allah keliru?

Allah Maha Benar, jadi tak mungkin keliru. Jadi yang keliru adalah saya sendiri. Saya terlalu Ge eR. Jangan-jangan kontrak diperpanjang karena saya memang berhak dan wajar mendapatkannya. Maksudnya, Allah sekadar menggerakkan hati manajer, agar tidak melepaskan saya begitu saja. Saya adalah aset yang berharga untuknya dan perusahaan. Jadi yang mendapat berkah itu sebenarnya bukan saya, tapi manejer dan perusahaan. Dan Allah memperalat saya untuk itu. Waah, kalau begitu saya tak mau. Saya tak mau hanya diperalat Allah untuk orang-orang yang dikehendakiNYA. Seperti Allah memperalat Iblis untuk menguji iman anak cucu Adam. Kalau begitu apa bedanya saya sama Iblis?

Jadi kemungkinan kedua. Allah memberi saya rezeki, sama sebagaimana DIA memberi rezeki juga untuk setiap manusia, termasuk orang-orang kafir. Dan itu berarti saya sama saja dengan orang-orang kafir itu? Allah meyetarakan saya dengan orang-orang kafir? Astagfirullahalhadziim! Ampuni hamba yaa, Allah !

Bisa jadi memang Allah tidak menganggap saya sedang mempermainkanNYA. Mungkin Allah tidak menganggap saya sama seperti hamba-hamba istimewaNYA. Mereka yang tetap beribadah meski dalam hidup yang susah. Tetap sholat, meski hidup terasa berat. Allah tidak menganggap saya bisa melewati ujian dariNYA, makanya doa saya dikabulkan selalu. Dan tidak dianggap oleh Allah bagi saya adalah bencana. Bencana itu jauh lebih berat daripada sekedar diuji olehNYA.

Begitu banyak doa yang tidak mendapat jawaban, karena DIA Maha Berkehendak terhadap sesuatunya. Tidak semua doa yang diijabah Allah, meski rajin sholat sekalipun. Allah Maha Adil. Jika semua doa dijawab, enak betul para terpidana yang alim mendadak saat sudah ditahan. Tidak adil bagi yang lain. Berdoa hanya ketika membutuhkan, sembari berharap akan dikabulkan sesungguhnya benar-benar menghina Allah. Allah memang Maha Pemurah, tapi pasti tidak murahan.

Yaa Allah! Masukkanlah hamba ke dalam golongan orang-orang yang Engkau ridhoi, amiiin...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...