Halaman

29 Jun 2020

Fitnah Corona

Pemerintah tak berniat menghentikan corona, itu sudah sangat telanjang di depan mata. Sebagai muslim saya hanya tau, corona adalah fitnah yang nyata. Terornya membuat kesadaran beribadah meningkat, tapi sekaligus membuat kesolidan berjamaah kita ambyar. Padahal Islam memerintahkan kita agar menjadi muslim yang kuat. 

Kita berangkat ke masjid, berjamaah, untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah. Kita satu di jalan Allah SWT. Masuk ke masjid, bukan saja dengan hati yang bersih, tapi juga dengan badan dan pakaian yang suci. Bersih dan suci lahir batin. 

Tapi corona membuatnya jadi fitnah. Begitupun, kita masih saling curiga satu dengan yang lainnya. Ini orang mana? Datangnya dari mana? Kapan pulangnya dari rantau? Membawa corona atau tidak? Bagaimana kita menjadi muslimin yang kuat, kalau sesama jemaah dalam kebaikan saja masih saling mencurigai? 

Masjid sebagai tempat menjalin ukhuwah, berubah menjadi lokasi saling fitnah. Tempat yang mestinya paling suci berganti jadi tempat yang paling kotor. Setan masuk masjid. Pindah mereka dari pasar. 

Salah satu hikmah shalat berjamaah adalah agar terbentuk barisan muslim yang rapat dan kuat. Barisan yang sulit ditembus jin dan manusia. Itulah pentingnya melurus dan merapatkan sajadah. Kalau shalatnya di atas sajadah masing-masing juga, kenapa pula harus ke masjid? 

Demi mentaati imbauan physical distancing, shaf dan barisan shalat pun dibuat berjarak. Apakah itu salah? Saya tak tahu. Ada yang bilang boleh, tapi ada pula yang mengatakan salah. 

Saya bingung. Tapi ternyata tidak cuma saya. Ulama sendiri banyak pula yang bingung mengambil sikap. Kalau ulama saja bingung, bagaimana pula dengan umat jelata seperti saya? 

Tapi benarkah ulama, para ustadz dan guru-guru agama kita bingung? Belum tentu juga! Bisa jadi hanya karena mereka tak berani bersuara? Kalaupun berbicara, normatif saja. Intinya, saling menghormati saja. 

Akhirnya masing-masing kita sibuk dengan surga sendiri. Yang berpendapat begini melakukan begini. Yang pendapatnya begitu, melakukannya begitu. Bagaimana mungkin persatuan terwujud, bila kita bahkan tidak satu visi. Bagaimana bisa kompak, bila arahannya saja tidak dari satu komando. 

"Itu cuma soal khilafiyah kecil. Tak perlu dibesar-besarkan!"

Ya! Itu cuma soal khilafiyah. Kecil pula. Saat inipun kita cuma menghadapi corona, yang saking kecilnya, bahkan tak terlihat oleh mata. Tapi bila yang kecil ini saja sudah buat kita bingung, entah bagaimana kelak, bila kita berhadapan dengan Dajjal yang sesungguhnya. 

Astaghfirullahaladziim...!

30 Apr 2020

Rumah Kita

Assalamu'alaikum....

Apa kabar, Para Penggaruk semuanya? Mudah-mudahan selalu dalam lindunganNYA, aamiin...!

Sudah lama sekali ya, kita tak bertegur sapa? Banyak hal terjadi dalam kurun waktu itu. Terlalu banyak malah, sampai saya bingung untuk memulai ceritanya. Tapi Insya Allah, blog ini akun selalu menjadi rumah kita ... selamanya, aamiin...!

Terkait dunia tulis menulis, insya Allah saya masih setia larut di dalamnya. Saya masih dan akan tetap menulis. Selama absen di sini, saya memang kebanyakan menulis di Facebook. Lebih tepatnya mungkin di KBM. Bukan karena melupakan rumah ini. Ada beberapa alasannya. Yang pasti, sama sekali bukan karena suatu masalah. Rekreasi Hati tetap nomor 1 di hati.

Sejak kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, yang kemudian terus berlanjut dengan episode-episode serupa lainnya, saya memang lebih sering menulis politik. Kita memang harus peduli, karena politik lah yang mengatur naik turunnya eksistensi kita dalam kehidupan. Apalagi, penulislah sebetulnya yang mesti menjadi ujung tombak perubahan dan perbaikan nasib bangsa. Itu salah satu sebab kenapa saya jarang update di sini. Saya tak ingin mengotori rumah kita dengan politik yang memang kotor. Tentu di sini juga ada tulisan politik. Tapi itu tetap dalam kerangka Rekreasi Hati.

Berikutnya lagi, saya ingin mencoba menulis sesuatu yang berbeda. Saya ingin menulis buku yang dari jenis yang lain. Saya ingin menulis satire, politik dan sebagainya. Insya Allah, salah satunya segera akan terbit. Do'akan yaa, Teman-teman!

Hari ini, KBM, komunitas menulis terbesar di Indonesia (membernya hampir 1 juta orang) rencananya akan me-launching applikasi dan platform menulis digital sendiri. Saya sendiri cukup PeDe untuk mengklaim telah menjadi satu diantara beberapa penulis yang punya nama di sana. Tapi hari ini pula, saya ingin menyapa teman-teman di sini untuk mengabarkan bahwa rumah saya adalah di sini. Bukan di sana, apalagi di situ. Saya takkan menjadi bagian dari KBM app, karena rumah saya, rumah Para Penggaruk dan Rumah Kita adalah Rekreasi Hati.

❤❤

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...