Sejak ‘ditinggal’
Dian saya benar-benar merasa tak berarti lagi. Saya merasa putus asa. Bahkan
Dian saja sudah menganggap saya tak pernah ada. Tapi Allah melarang hambaNYA berputus asa. DIA segera menegur saya. Ada saja caranya untuk mengingatkan saya.
Sore, jam 5
minus beberapa menit kemaren saya sudah bingung hendak kemana. Bensin di motor
cuma mampu untuk pergi dan tak mungkin untuk kembali. Selagi asyik melamun di
atas motor, tiba-tiba handphone berbunyi. Merdu bunyinya. Mestinya dari seorang
teman cewek tentunya, hahaha…! Dan benar saja, seorang teman sekolah dulu.
Tumben, ini anak nelpon saya?
Teman biasa
saja. Di sekolah dulu juga kami tak sekelas. Beda jurusan malah. Ketemu dengannya
juga tak sering. Paling sejak kami tamat sekolah, belum sampai habis jumlah
jari untuk menghitung kuantitas pertemuan kami. Itupun juga cuma di event
pertemuan bulanan yang baru setahunan setengah terakhir rutin kami para alumni
adakan. Itupun juga sudah sekitar 8 bulan tidak saya hadiri karena kesibukan
Pemilu dan kegiatan saya sebagai pengurus tetap Komunitas Pemirsa Halo
Selebriti Cabang Kota Batam, hahaha….! Dia dapat tahu nomor saya juga mungkin
dari list contact yang memang sengaja kami buat demi kelancaran komunikasi
untuk event tersebut. Dian tenang saja (PENTING)! Dia sudah punya suami kok. Udah
banyak anak malahan J
Lakinya malah orang kapal pula (?) Dan yang pasti, paling tidak di matanya saya
tentu kalah keren segalanya dibanding suaminya, hahaha….!
Bunyi handphone
merdu, tampilan displaynya menarik. Penelponnya cantik, setidaknya sekitar 15
atau 10 tahun yang lalu, hahaha…! Suaranya menggoda, tapi maksudnya? Nah ini
yang buat saya nelangsa (awalnya).
“Aku lagi butuh
duit nih. Ga banyak, kok! 5 juta aja. Adikku masuk rumah sakit. Mau melahirkan.
Tadinya mau lahiran normal. Tak tahunya, ternyata butuh operasi. Tenang aja!
Aku bayar kok. Cicil 2X bayar. Dua setengah-dua setengah. Bisa ga?”
GLEEEEECK….!
Jujur, tentu
saja saya tak bisa bantu (langsung). Lah, untuk isi bensin motor saja saya
bingung. Tapi yang membuat saya gembira adalah: ternyata ada orang lain, asing,
masih menganggap saya ada. Ini sangat penting bagi kepercayaan diri saya yang
sedang terperosok di titik nadir.
Walau Dian menganggap
saya sudah tiada, tapi Allah tidak. Allah SWT sangat mencintai dan percaya
terhadap saya. Kenapa ‘orang asing’ itu bisa mengingat saya kalau bukan DIA
yang menggerakkan hatinya untuk menghubungi saya. Saya bangga, Allah SWT
ternyata begitu percaya kalau saya adalah orang yang tepat untuk membantunya.
Kepercayaan itu
mandat. Mendapat mandat dari Allah? Tak semua orang bisa mendapat anugerah
begitu rupa. Apalagi mandat dari Allah pula? Betapa kecewa dan marahnya Koalisi
Indonesia Hebat tak dipercaya memegang jabatan apapun di lembaga DPR dan MPR
menjelaskan betapa berharganya sebuah kepercayaan. Saat para politisi itu
berebut mandat dari rakyat, saya justru diberi mandat langsung oleh Allah.
Betapa bahagianya saya. Betapa beruntungnya saya. Nikmat apalagi yang mesti
saya ingkari? Saya gembira. SANGAT GEMBIRA.
Kegembiraan yang
begitu luar biasa membuat saya alpa mengkalkulasi kemampuan saya. Tanpa sadar
saya sudah sedang dalam perjalanan. Sampai ketika di suatu tempat laju motor saya
mengisyaratkan gejala yang buruk. Dan belum sempat saya bereaksi, motor itu
sudah berinisiatif duluan, mati. Motor kehabisan bensin, dan saya bingung mesti
berbuat apa.
Bagaimana cara
saya menolong si teman? Wallahualam. Begitu gagal memberikan bantuan langsung,
saya sms, minta maaf sambil memberi satu nomor yang mudah2an saja bisa
membantunya, aamiin…!
Itulah daya terakhir dari pulsa handphone saya.
Pulsa saya tak cukup berdaya lagi untuk balas menelponnya. Meski sebenarnya
saya sangat ingin dan merasa penting untuk melakukannya, sebab di sms tersebut
saya lupa mengucapkan terima kasih karena disadarinya atau tidak, tindakannya
menghubungi saya itu sangat berarti bagi saya. Lagipula salah satu kebiasaan
saya adalah telpon dibalas telpon. Itu sudah prinsip saya demi menghormati
orang yang sudah menelpon saya duluan. Pun begitu dengan sms. Saya usahakan
saya adalah pihak yang terakhir menutup komunikasi via sms.
Persoalannya, sisa
pulsa saya sekarang cuma Rp 107,- J
Beberapa saat setelah sms tersebut saya kirimkan, Telkomsel memang menawarkan
saya kesempatan untuk mendapatkan ratusan sms gratis. Sayangnya saya tak
mungkin mengambilnya, sebab katanya ada syaratnya. Dan syaratnya itu terlalu
berat untuk saya penuhi. Saya mesti mengirimkan 5/6 sms berbayar lagi, hihihi…!
Jadi, memang
sebatas itulah cuma daya saya untuk membantunya. Tapi saya yakin, manuver saya
akan berarti dan punya makna. Kalaupun saya tak bisa bantu langsung, mudah2an
nomor yang saya kirimkan itulah solusinya. Kalaupun ternyata tidak, saya yakin,
pemilik nomor yang saya rekomendasikan tersebut tentu juga akan digerakkan
Allah hatinya untuk membantu pula. Mungkin dengan cara yang sama atau dengan banyak
cara lainnya. Karena Allah SWT selalu punya cara untuk hamba-hambaNYA, aamiin…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar